JAKARTA, KOMPAS.TV Bells Palsy adalah kelumpuhan otot wajah yang umumnya memengaruhi salah satu sisi wajah.

Sebelah wajah penderita Bell’s Palsy bisa mengalami lumpuh atau menjadi kaku.

Gejala Bells Palsy dan Stroke terlihat serupa, karena kedua penyakit ini sama-sama memengaruhi saraf di wajah.

Namun berbeda dengan stroke, jika gejala stroke umumnya berlangsung cepat atau tiba-tiba, maka gangguan saraf pada Bells Palsy muncul secara bertahap, dan dapat memburuk dalam kurun waktu dua sampai tiga hari.

Baca Juga Upaya Penanganan Anak Disleksia, Remediasi Hingga Metode Belajar yang Cocok! | AYO SEHAT di https://www.kompas.tv/article/307728/upaya-penanganan-anak-disleksia-remediasi-hingga-metode-belajar-yang-cocok-ayo-sehat

Melansir dari laman Kompas.com, ada sejumlah gejala Bells Palsy.

Seperti separuh sisi wajah terasa kaku, susah memejamkan mata, sebelah bagian wajah lumpuh total, nyeri di rahang atau belakang telinga, sakit kepala, lidah kurang peka, mata dan mulut kering, telinga berdenging, susah bicara, serta susah makan dan minum.

Penyakit yang menyerang saraf ini sulit dicegah, karena sebagian besar Bells Palsy disebabkan infeksi virus.

Dilansir dari Johns Hopkins Medicine, sejumlah faktor risiko yang bisa jadi penyebab Bells Palsy di antaranya yakni, diabetes, tekanan darah tinggi, cedera di wajah, keracunan, penyakit lyme, sindrom guillain-barr, sarkoidosis, myasthenia gravis, multiple sclerosis, serta infeksi virus seperti herpes simplex, herpes zoster, mononukleosis, flu, dan meningitis.

Penyakit Bell’s Palsy juga dikenal sebagai penyakit kelumpuhan wajah perifer akut.
Menurut laman Johns Hopkins Medicine, penyakit Bells Palsy bisa menyerang pria maupun perempuan yang berusia antara 15 hingga 60 tahun.

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/311050/mengenal-kelumpuhan-otot-wajah-sebelah-bell-s-palsy-serta-gejalanya-ayo-sehat